Allah SWT berfirman:
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’, maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: ‘Berapa lama hamu tinggal di sini ?’ Ia menjawab: ‘Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman: ‘Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (QS. al-Baqarah: 256)
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: ‘Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?’, maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: ‘Berapa lama hamu tinggal di sini ?’ Ia menjawab: ‘Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Allah berfirman: ‘Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.’ Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: ‘Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (QS. al-Baqarah: 256)
Yang populer menurut kaum salaf dan kaum
khalaf bahwa Uzair adalah pahlawan dalam kisah ini yang diceritakan
oleh Allah SWT. Dikatakan bahwa Uzair adalah seorang Nabi dari nabi-nabi
Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat, lalu terjadilah peristiwa
yang sangat mengagumkan padanya. Allah SWT telah mematikannya selama
seratus tahun kemudian ia dibangkitkan kembali. Selama Uzair tidur satu
abad penuh, terjadilah peperangan yang didalangi oleh Bakhtansir di mana
ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu pun yang tersisa kecuali yang
dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang terjadi pada Nabi Uzair adalah
sumber fitnah yang luar biasa di tengah kaumnya.
Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca
sangat panas dan segala sesuatu merasa kehausan. Sementara itu, desa
yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak tenang karena sedang melalui
musim panas di mana sedikit sekali aktifitas di dalamnya. Uzair berpikir
bahwa kebunnya butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh dan jalan
menuju ke sana sangat berat dan disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya,
tempat itu adalah kota yang indah dan ramai di mana penghuninya cukup
asyik tinggal di dalamnya lalu ia menjadi kota mati.
Uzair berpikir dalam hatinya bahwa
pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia menetapkan
untuk pergi memberinya minum. Hamba yang saleh dan salah seorang nabi
dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru
memasuki waktu siang. Uzair menunggang keledainya dan memulai
perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga sampai di kebun. Beliau
mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak
terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunya dan ia memetik dari kebun
itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon anggur. Beliau
meletakkan buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah anggur di
keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga keledai
yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.
Di tengah-tengah perjalanan, Uzair
berpikir tentang tugasya yang harus dilakukan besok. Tugas pertama yang
harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat dari tempat
persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau berpikir
untuk membawa makanan dan mernikirkan tentang anaknya yang masih kecil,
di mana beliau teringat oleh senyumannya yang manis, dan beliau pun
terus berjalan dan semakin cepat. Beliau menginginkan keledainya untuk
berjalan lebih cepat.
Lalu Uzair sampai di suatu kuburan.
Udara panas saat itu semakin menyengat dan keledai tampak kepayahan.
Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang tampak menyala karena tertimpa
sinar matahari. Keledai itu pun mulai memperlambat langkahnya ketika
sampai di kuburan. Uzair berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik
berhenti sebentar untuk beristirahat, dan aku akan mengistirahatkan
keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair turun dari keledainya di salah
satu kuburan yang rusak dan sepi. Semua desa itu menjadi kuburan yang
hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring yang dibawanya dan duduk di
suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu dinding, lalu ia
mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya di sampingnya.
Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan meletakkan roti yang
kering itu di bawah perasan anggur. Uzair menyandarkan punggungnya di
dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair menunggu sampai roti itu
tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan di
sekelilinginya dan tampak keheningan dan kehancuran meliputi tempat itu:
rumah-rumah hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun akan hancur,
pohon-pohon sedikit saja terdapat di tempat itu yang tampak akan mati
karena kehausan, tulang-tulang yang mati yang dikuburkan di sana berubah
menjadi tanah. Alhasil, keheningan menyeliputi tempat itu. Uzair
merasakan betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam
dirinya sendiri: bagaimana Allah SWT menghidupkan semua ini setelah
kematiannya? “Bagaimana Allah menghidupkan hembali negm ini setelah
hancur?”
Uzair bertanya: bagaimana Allah SWT
menghidupkan tulang-tulang ini setelah kematiannya, di mana ia berubah
menjadi sesuatu yang menyerupai tanah. Uzair tidak meragukan bahwa Allah
SWT mampu menghidupkan tulang-tulang ini, tetapi ia mengatakan yang
demikian itu karena rasa heran dan kekaguman. Belum lama Uzair
merigatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah SWT mengutus malaikat
maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya masih
ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya.
Keledai itu tetap di tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu
datanglah waktu Subuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi
ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya dan tidak bisa melepaskan
ikatannya sehingga ia mati kelaparan.
Kemudian penduduk desa Uzair merasa
gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair di kebunnya, tetapi di sana
mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan tidak
menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok untuk mencarinya.
Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka
tidak menemukan Uzair dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok
ini melewati kuburan yang di situ Uzair meninggal, namun mereka tidak
berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu hanya diliputi keheningan.
Seandainya Uzair ada di sana niscaya mereka akan mendengar suaranya.
Kemudian kuburan yang hancur ini sangat menakutkan bagi mereka, karena
itu mereka tidak mencari di dalamnya.
Lalu berlalulah hari demi hari, dan
orang-orang putus asa dari mencari Uzair, dan anak-anaknya merasa bahwa
mereka tidak akan melihat Uzair kedua kalinya dan istrinya mengetahui
bahwa Uzair tidak mampu lagi memelihara anaknya dan menuangkan rasa
cintanya kepada mereka sehingga istrinya itu menangis lama sekali.
Sesuai dengan perjalanan waktu, maka air mata pun menjadi kering dan
penderitaan makin berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair dan
mereka tetap menjalankan tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah
tahun demi tahun dan masyarakat mulai melupakan Uzair kecuali anaknya
yang paling kecil dan seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di
mana Uzair sangat cinta kepadanya. Usia wanita itu dua puluh tahun
ketika Uzair keluar dari desa.
Berlalulah sepuluh tahun, dua puluh
tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun sehingga sampai satu
abad penuh. Allah SWT berkehendak untuk membangkitkan Uzair kembali.
Allah SWT mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati
Uzair sehingga ia melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan orang-orang
mati. Uzair telah mati selama seratus tahun. Meskipun demikian, ia dapat
berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian menjadi
kulit. Allah SWT membangkitkan di dalamnya kehidupan dengan
perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan duduk di tempatnya dan
memperhatikan dengan kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.
Uzair bangun dari kematian yang
dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada
di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia
mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke
desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya.
Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di
waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama.
Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah
SWT membangunkannya dan bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?”
Malaikat bertanya kepadanya: “Berapa jam
engkau tidur?” Uzair menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau
setengah hari.” Malaikat vang mulia itu berkata kepadanya: “Sebenarnya
kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. ” Engkau tidur selama
seratus tahun. Allah SWT mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau
mengetahui jawaban dari pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari
kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan
keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya
terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil
menunjuk makanan Uzair: “Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang
belum berubah.”
Uzair melihat buah tin itu lalu ia
mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya
pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin
makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia
memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia
mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk
diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan
keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan
anggur. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin
seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula
dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair masih belum
percaya atas apa yang dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk
keledainya sambil berkata: “Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang
telah menjadi tulang-belulang).”
Uzair pun melihat ke keledainya tetapi
ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keledainya.
Malaikat berkata kepadanya: “Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah
SWT membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ
terletak keledaimu.” Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai
itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia
mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah
tulang-tulang. Malaikat memerintakan otot-otot syaraf daging untuk
bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara
itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang
dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil, keledai itu kembali seperti
semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh
keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun bangkit dan berdiri. Ia
mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan tanda-tanda
kebesaran Allah SWT tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana
mukjizat Allah SWT yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah
mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang
terjadi di depannya, Uzair berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. “
Uzair bangkit dan menunggangi keledainya
menuju desanya. Allah SWT berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai
tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang
menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair
memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan
yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah
berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang
pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali
mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun
dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi
desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah
hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi
tempat itu.
Uzair berkata dalam dirinya: Aku akan
mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku.
Uzair terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya
saat berusia dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus
dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya
sudah ompong dan matanya sudah lemah. Uzair bertanya kepadanya: “Wahai
perempuan yang baik, di mana rumah Uzair.” Wanita itu menangis dan
berkata: “Tak seorang pun vang mengingatnya. Ia telah keluar sejak
seratus tahun dan tidak kembali lagi. Semoga Allah SWT merahmatinya.”
Uzair berkata kepada wanita itu: “Sungguh aku adalah Uzair. Tidakkah
engkau mengenal aku? Allah SWT telah mematikan aku selama seratus tahun
dan telah membangkitkan aku dari kematian.” wanita itu keheranan dan
tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata: “Uzair adalah
seseorang yang doanya dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka
berdoalah kepada Allah SWT agar aku dapat melihat sehingga aku dapat
berjalan dan mengenalmu.” Lalu Uzair berdoa untuk wanita itu sehingga
Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya dan kekuatannya. Wanita itu
pun mengenali Uzair. Lalu ia segera berlari di negeri itu dan berteriak:
“Sungguh Uzair telah kembali.” Mendengar teriakan wanita itu,
masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira bahwa wanita itu
telah gila.
Kemudian diadakan pertemuan yang
dihadiri orang-orang pandai dan para ulama. Dalam majelis itu juga
dihadiri oleh cucu Uzair di mana ayahnya telah meninggal dan si cucu itu
telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya, Uzair, masih
berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka rnendengarkan kisah
Uzair lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka akan mempercayainya
atau mengingkarinya. Salah seorang yang pandai bertanya kepada Uzair:
“Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair
adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh Taurat telah
hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka
membakarnya dan membunuh para ulama dan para pembaca Kitab suci itu. Ini
terjadi seratus tahun lalu yang engkau katakan bahwa engkau menjalani
kematian atau engkau tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya
kami akan percaya bahwa engkau adalah Uzair.”
Uzair mengetahui bahwa tak seorang pun
dari Bani Israil yang mampu menghafal Taurat. Uzair telah menyembunyikan
Taurat itu dari usaha musuh untuk menghancurkannya. Uzair duduk di
bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil berada di sekitarnya. Lalu
Uzair menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai lalu ia berkata dalam
dirinya: Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan.
Uzair pergi ke suatu tempat lalu ia mengeluarkan Taurat di mana kertas
yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia mengetahui mengapa Allah SWT
mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali. Kemudian
tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair di tengah-tengah Bani Israil.
Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian
kaumnya mengklaim bahwa Uzair adalah anak Allah. Allah SWT berfirman:
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.’” (QS. At-taubah: 30)
Mula-mula mereka membandingkan antara
Musa dan Uzair dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat
kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair mampu
mendatangkannya tanpa melalui kitab.” Setelah perbandingan yang salah
ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan
kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Mereka mengklaim bahwa
dia adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua itu:
“Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia.” (QS. Maryam: 35)